Imunisasi dapat memberikan perlindungan untuk mencegah anak terserang penyakit. Namun, sebelum imunisasi anak, sebaiknya memahami dulu informasi seputar imunisasi. Berikut ini beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai imunisasi.
Bagaimana mendapat hasil yang terbaik imunisasi?
Imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah jadwal imunisasi dari Rumah Sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan, sudah bisa makan, atau sudah umur setahun untuk diimunisasi.
Imunisasi tepat waktu. Supaya anak bisa diimunisasi tepat pada waktunyamintalah jadwal imunisasi tanyakan dan catat jenisnya imunisasi setelah anak diimunisasi, tanyakan jadwal dan jenis imunisasi berikutnya.
Apakah suntikan vaksinasi aman?
Suntikan vaksinasi sangat aman, tapi tidak selalu 100%. Seperti obat-obatan lainnya vaksinasi dapat menyebabkan beberapa reaksi yang biasanya ringan seperti nyeri lengan pada tempat suntikan dan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi.
Namun, reaksi yang berat dapat terjadi, tapi sangat jarang sekali (1 diantara 1 juta suntikan), misalnya reaksi alergi yang begitu hebat terhadap komponen zat-zat yang terdapat dalam vaksin.
Meskipun begitu, yang harus selalu diingat adalah menderita penyakit-penyakit yang dapat dicegah jauh lebih berbahaya daripada kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi akibat suntikan vaksinasi.
Siapa saja yang tidak boleh disuntik?
Seperti dikatakan di atas, vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi, namun ada beberapa keadaan khusus yang membuat anak-anak atau dewasa tidak boleh atau menunda diimunisasi. Keadaan ini kita sebut kontra indikasi.
Kontra indikasi imunisasi adalah:
Secara umum (berlaku untuk semua vaksin)
Kapan Imunisasi Harus Dilakukan?
Seorang anak harus mendapatkan suntikan pertama sebelum berumur 2 bulan dan kemudian mendapatkan 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa vaksinasi harus dilakukan suntikan booster (suntikan penguat) pada tahun- tahun berikutnya hingga anak belajar di sekolah dasar.
Apa yang harus dilakukan jika seorang anak terlambat mendapatkan imunisasi?
Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segeralah rencanakan untuk memulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan umur.
Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini mungkin.
Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi sesuai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi.
Benarkah Timerosal akibatkan autisme?
Telah beredar kabar dengan luas bahwa zat pengawet yang mengandung merkuri dalam vaksin yaitu timerosal dapat menyebabkan penyakit autisme. Situasi ini semakin berkembang karena sampai sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi.
Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:
Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil.
Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti.
Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan.
Timerosal telah digunakan sebagai pengawet pada makhluk hidup dan vaksin sejak tahun 1930 karena dapat mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada tabung yang digunakan untuk beberapa kali pemakaian.
Pada tahun 1999, FDA (Food and Drug Administration) memeriksa catatan bahwa dengan bertambahnya jumlah vaksin yang dianjurkan pada bayi, jumlah total merkuri pada vaksin yang mengandung timerosal dapat melebihi batas yang dianjurkan oleh badan pengawas lain.
Jumlah merkuri yang ditentukan oleh FDA memiliki batas aman yang lebar, dan belum ada informasi mengenai bayi yang sakit akibatnya. Meski demikian untuk berhati-hati, US Public Health Service dan The American Academy of Pediatrics meminta dokter untuk meminimalkan paparan terhadap vaksin yang mengandung timerosal dan kepada perusahaan pembuat vaksin untuk menghilangkan timerosal dari vaksin sesegera mungkin.
Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas. Kombinasi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram).
Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya (4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.
Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, gangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya.














